Merasakan Kehadiran Allah
Oleh : Kartika Sari
Setiap kita Orang
Islam barulah dapat melaksanakan ajaran Agama dengan sebaik-baik nya jika kita
dapat menanamkan kedalam hati kita sifat Muraqabah yakni senantiasa merasakan
Kehadiran Allah disisi kita dalam segala hal dan keadaan, baik dikala berada
bersama orang ramai lebih-lebih disaat
kita sendirian, jika kita memiliki sifat ini maka kita telah memiliki hakikat
yang paling mantap.
Rasulullah
Shallallhu Alaihi Wasallam Bersabda maksudnya : Imam paling afdhal ialah
apabila kamu mengetahui bahwa Allah selalu menyertaimu di mana pun kamu berada.
(HR Ath-Thobari)
Saudara dan
Saudari yang di kasihi Allah Berhubung dengan Perkara menghadirkan dan selalu
merasakan Allah bersama kita banyak ayat-ayat Allah dalam Al-Qur’an yang
menjelaskan antara lain :
Allah Subhanahu Wa
Ta’ala berfirman yang bermaksud : Dia Selalu bersama kalian dimanapun kalian
berada (QS Al-Hadid:4)
Demikian pula
sebagaimana yang dinyatakan dalam hadist penuturan Ubadah bin ash-Shamit bahwa
Baginda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pernah Bersabda, “Imam seseorang
yang paling utama adalah dia menyadari bahwa Allah senantiasa ada bersama dirinya dimanapun.”(HR
Al-Baihaqi,Syu’ab al-Iman,I/470)
Banyak Muslim yang
berperilaku seolah-olah Allah tak Pernah
melihat dia. Tidak ada lagi rasa Takut saat bermaksiat, tak ada lagi rasa
khawatir saat melakukan dosa, tak ada lagi rasa malu saat berbuat salah, tak
ada lagi ada rasa sungkan saat bebuat perkara-perkara yang haram. Setiap dosa
,kemaksiatan, keharaman dan kesalahan mengalir begitu saja dilakukan seolah
tanpa beban, walhal setiap tindakan
sedikit dan banyaknya, besar dan kecilnya akan dipertanggung jawabkan.
Banyak Muslim yang
saat ini tak lagi merasa risih saat korupsi, tak lagi ragu saat menipu, tak lagi
berat saat mengumbar aurat, tak lagi berdosa saat berzina, tak lagi merasa malu
saat berselingkuh dll.
Semua itu terjadi
akibat mereka gagal ‘Menghadirkan’ Allah disisinya dan melupakan pengawasan-Nya
atas setiap gerak-gerik dirinya. Mengapa gagal ? karena banyak induvidu muslim
yang awas mata lahiriahnya, tetapi buta mata bathiniahnya. Mereka hanya mampu
melihat hal-hal yang terang benderang, tetapi gagal melihat hal-hal yang ghaib:
pengawasan Allah; Hari perhitungan, surga dan neraka, pahala dan siksa. Yang
bisa mereka lihat hanyalah kenikmatan dunia yang sedikit dan kesenangan sesaat.
Tentu kondisi ini harus diubah agar seorang muslim memilki sifat Muraqabah.
Selamat Beramal
Semoga Bermanfaat.....
TERIMA KASIH
Nama : Rahmah
NPM : 13630260
Kelas : 7 A non reguler BJM
Akhlak Terhadap Kedua Orang Tua
Renungkanlah bahwa kita ini tadinya
tidak ada sekarang telah ada. Ibu mengandung kita selama sembilan bulan dalam
keadaan susah payah, kita dibawa kemana-mana dalam keadaan hamil. Pada waktu
kita dilahirkan rasa sakit yang luar bisa darah banyak yang keluar pada saat
itu ibu kita berkata “Biarlah aku yang mati asalkan anakku (bayiku) dalam
keadaan hidup. Sedangkan ayah pada saat itu menunggu dan berdoa semoga bayinya
keluar dalam keadaan selamat dan tidak cacat.
Setelah keluar kita dijaga,
dipelihara, disayang, kita diberi susu yang ada dalam dirinya, dijaga jangan
ada sampai nyamuk yang menggigit. Ibu tidak bisa tidur menjaga kita, kita
dicium karena kesayangannya, kencing dan kotoran kita selalu dibersihkan.
Setelah agak besar kita diberi makan , pakaian, disekolahkannya diantar ke guru
ngaji, sakit di bawa ke dokter. Bapak kita siang malam bekerja mencari nafkah
untuk kehidupan kita. Semua berita diatas kita tidak dapat membalas jasa-jasa
orang tua kita kecuali kita menjadi anak soleh berakhlak yang mulia, yang dapat
menyenangkan hatinya dan menggiring orang tua kita untuk masuk dalam syurga di
akhirat nanti.
Adapun akhlak anak terhadap orang
tua adalah sebagai berikut : Sayangilah, cintailah, hormatilah, patuhlah
kepadanya rendahkan dirimu, sopanlah kepadanya. Ketahuilah bahwa kita hidup
bersama orang tua merupakan nikmat yang luar biasa, kalau orang tua kita
meninggal alangkah sedihnya hati kita karena tidak ada yang dipandang lagi.
Dalam hal ini rasulullah bersabda : Tidaklah seseorang melihat kepada orang
tuanya dengan pandangan kasih sayang melainkan Allah menetapkan baginya akibat
pandanagannya itu adalah haji yang diterima dan mabrur.
Pandanglah kedua orang tua dengan
penuh rasa kasih sayang, janganlah marah kepadanya memandang sambil marad dan
suara yang keras.
وَقَضَى رَبُّكَ أَلا تَعْبُدُوا إِلا إِيَّاهُ
وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا
أَوْ كِلاهُمَا فَلا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا
قَوْلا كَرِيمًا. وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ
رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
Dan Tuhanmu telah memerintahkan
supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada
ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau
kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan
rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil”. QS Al-Isra : 23-24.
Camkanlah dan renunugkanlah dan
laksanakanlah ayat ini dan jangan memaki, berkata kasar kepadanya meskipun kamu
menganggap mereka bersalah. Hal ini telah dilarang oleh nabi dalam sabdanya :
Termasuk dosa besar orang-orang memaki ibu bapaknya. Hal ini juga terjadi
apabila kita menghina dan memaki orang tua orang lain. Seseorang bertanya kepada
Nabi “Ya Rasulallahu apakah ada orang memaki ibu bapaknya (maksudnya bapak
orang lain) lalu orang itu akan membalas dengan memaki orang tua kita. Maka
janganlah memaki ibu bapak orang lain. Salah seorang shahabat bertanya
“Siapakah yang paling patut mendapat perlakuan baik dari ya Rasulallah?” Rasul
menjawab ibumu, orang itu bertanya lagi setelah situ siapa? Ibumu. Kemudian
orang itu bertanya lagi, siapa lagi? Ibumu. Lalu ia bertanya lagi “setelah itu
siap lagi?” Rasul menjawab “Ayahmu”.
Hal ini bisa dipahami karena ibu
lebih berat bebannya kepada kita, Sembilan bulan berada di dalam perutnya tidak
tidur malam hari menyusui kita, menjaga kita siang malam, menggendong, menyuapi
dan lain-lain.
Seseorang bertanya kepada Nabi ” Ya
Rasulallah apakah saya masih bisa berbakti kepada ibu bapakku sesudah mereka
wafat? Rasul menjawab “Iya” yaitu dengan menyolatkan jenazahnya, memohon ampun
bagi keduanya, melaksanakan wasiat mereka dan menghormati teman-teman mereka
serta menyambung hubungan kekeluargaan.
Maksudnya setelah orang tua
meninggal maka anaknya wajib tetap berbakti kepadanya dengan beroa memohonkan
ampun dan bersedekah untuk kedua orang tuanya. Bahwa orang tua kita masih butuh
minum, butuh makan, butuh lampu, butuh dingin dalamkuburnya, butuh luas
kuburnya yang semuanya itu dikirim oleh anaknya yang sholeh. Maka jadilah kita
menjadi anak yang sholeh dan shalehah. Rasulullah bersabda : RidhaNya Allah
karena ridha kedua orang tua dan murkaNya Allah diperolah karena murka orang
tua. Maksunya adalah ridhonya Allah adalah puncak yang kita cari dalam segala
pekerjaan kita.
Selanjutnya Rasulullah juga bersabda
: berbaktilah kamu kepada ayahmyu tentu anakmu akan berbakti kepadamu. Nanti
kita akan melahirkan anak tentu kita menghendaki agar anak kita menyenangkan
kita dengan cara dia berbakti kepada kita. Maka janganlah kita mempersekutukan
Allah dengan sesuatupun dan berbuat durhaka kepada kedua orang tua baik berupa
perkataan, perbuatan, sehingga menyakitkan hatinya.
Dalam sebuah riwayat disebutkan :
janganlah kamu durhaka kepada orang tua kamu karena bau surge itu tercium dari
jarak seribu tahun. Demi Allah seseorang yang durhaka maupun yang memutuskan
hubungan kekeluargaan tidaklah merasakan bau surge itu.
Maka janganlah berbuat durhaka
kepada orang tua dan jangan memutuskan hubungan dengan keluarga karena sesuatu
masalah. Rasulullah mengancam orang-orang yang berbuat durhaka dengan sabdanya
: semua dosa ditangguhkan Allah hukumannya sekehendakNya hingga hari kiamat
kecuali dosa durhaka kepada orang tua karena Allah menyegerakannya bagi
pelakunya di masa hidup sebelum mati. Maka kalau kita berbuat kesalahan
mohonlah ampun kepadanya selama mereka hidup. Dan berbuatlah supaya mereka
senang hatinya.
Dalam riwayat yang lainnya
Rasulullah bersabda : Tiga macam perbuatan dosa yang tidak berguna amalan lain
di sampingnya yaitu menyekutukan Allah, mendurhakai ibu bapak dan lari dari
peperangan. Cukuplah bagi kita firman Allah ta’ala dalam kalamNya :
وَوَصَّيْنَا الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ
أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي
وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
Dan Kami perintahkan kepada manusia
(berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam
keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu. QS Luqman : 14.
Hak-Hak yang Wajib Dilaksanakan Semasa Hidup Orang
Tua.
- Menaati mereka selama tidak mendurhakai Allah Ta’ala.
Menaati kedua orang tua hukumnya wajib atas setiap
muslim, sedang mendurhakai keduanya merupakan perbuatan yang diharamkan,
kecuali jika mereka menyuruh untuk menyekutukan Allah Ta’ala (berbuat syirik)
atau bermaksiat kepadaNya. Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Dan jika
keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, ….” (QS.Luqman:15)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak
ada ketaatan untuk mendurhakai Allah. Sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam
melakukan kebaikan”. (HR. Al-Bukhari)
- Berbakti dan merendahkan diri di hadapan kedua orang tua
Allah Ta’ala berfirman, artinya, “…dan hendaklah
kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan «ah» dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan
dan ucapkanlah, ‘Wahai Rabbku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil’.” (QS. Al-Israa’: 23-24)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Sungguh merugi, sungguh merugi, dan sungguh merugi orang yang mendapatkan
kedua orang tuanya yang sudah renta atau salah seorang dari mereka kemudian hal
itu tidak dapat memasukkannya ke dalam surga.” (HR.Muslim)
Di antara bakti terhadap kedua orang tua adalah
menjauhkan ucapan dan perbuatan yang dapat menyakiti mereka, walaupun berupa
isyarat atau dengan ucapan ‘ah’, tidak mengeraskan suara melebihi suara mereka.
Rendahkanlah diri dihadapan keduanya dengan cara mendahulukan segala urusan
mereka.
- Berbicara dengan lemah lembut di hadapan mereka
- Menyediakan makanan untuk mereka
Hal ini juga termasuk bentuk bakti kepada kedua orang
tua, terutama jika hal tersebut merupakan hasil jerih payah sendiri.
Lebih-lebih jika kondisi keduanya sudah renta. Sudah seyogyanya, mereka
disediakan makanan dan minuman yang terbaik dan lebih mendahulukan mereka
berdua dari pada dirinya, anaknya dan istrinya.
- Meminta izin kepada mereka sebelum berjihad dan pergi untuk urusan lainnya
Izin kepada orang tua diperlukan untuk jihad yang
belum ditentukan (kewajibannya untuk dirinya-pent). Seorang laki-laki datang
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan bertanya, “Wahai
Rasulullah apakah aku boleh ikut berjihad?” Beliau balik bertanya, ‘Apakah kamu
masih mempunyai kedua orang tua?’ Laki-laki tersebut menjawab, ‘Masih’. Beliau
bersabda, ‘Berjihadlah (dengan cara berbakti) kepada keduanya’.” (HR.
al-Bukhari dan Muslim), dan masih banyak hadits yang semakna dengan hadits
tersebut.
- Memberikan harta kepada orang tua sebesar yang mereka inginkan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah
bersabda kepada seorang laki-laki ketika ia berkata, “Ayahku ingin mengambil
hartaku”. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Kamu dan hartamu
adalah milik ayahmu.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).
Oleh sebab itu, hendaknya seseorang jangan bersikap
bakhil (kikir) terhadap orang yang menyebabkan keberadaan dirinya,
memeliharanya ketika kecil, serta telah berbuat baik kepadanya.
- Membuat keduanya ridha dengan berbuat baik kepada orang-orang yang dicintainya.
Hendaknya seseorang membuat kedua orang tuanya ridha
dengan berbuat baik kepada orang-orang yang mereka cintai. Yaitu dengan
memuliakan mereka, menyambung tali silaturrahim dengan mereka, menunaikan
janji-janji (orang tua) kepada mereka, dan lain sebagainya.
- Memenuhi sumpah / Nazar kedua orang tua
Jika kedua orang tua bersumpah untuk suatu perkara
tertentu yang di dalamnya tidak terdapat perbuatan maksiat, maka wajib bagi
seorang anak untuk memenuhi sumpah keduanya karena hal itu termasuk hak mereka.
- Tidak Mencaci maki kedua orang tua.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Termasuk
dosa besar adalah seseorang mencaci maki orang tuanya.” Para sahabat bertanya,
‘Ya Rasulullah, apa ada orang yang mencaci maki orang tuanya?’ Beliau menjawab,
“ Ada. ia mencaci maki ayah orang lain kemudian orang tersebut membalas mencaci
maki orang tuanya. Ia mencaci maki ibu orang lain lalu orang itu membalas
mencaci maki ibunya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Terkadang perbuatan tersebut tidak dirasakan oleh
seorang anak, dan dilakukan dengan bergurau padahal hal ini merupakan perbuatan
dosa besar.
- Mendahulukan berbakti kepada ibu daripada ayah
Seorang lelaki pernah bertanya kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, “Siapa yang paling berhak mendapatkan perlakuan
baik dariku?” beliau menjawab, “Ibumu.” Lelaki itu bertanya lagi, ‘Kemudian
siapa lagi?’ Beliau kembali menjawab, “Ibumu”. Lelaki itu kembali bertanya,
“Kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab, “Ibumu”. Lalu siapa lagi? Tanyanya.
“Ayahmu,” jawab beliau.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Hadits di atas tidak bermakna lebih menaati ibu
daripada ayah. Sebab, menaati ayah lebih didahulukan jika keduanya menyuruh
pada waktu yang sama dan dalam hal yang dibolehkan syari’at. Alasannya, ibu
sendiri diwajibkan taat kepada suaminya.
Maksud ‘lebih mendahulukan berbuat baik kepada ibu’
dalam hadits tersebut adalah bersikap lebih halus dan lembut kepada ibu
daripada ayah. Sebagian Ulama salaf berkata, “Hak ayah lebih besar dan hak ibu
patut untuk dipenuhi.”
- Mendahulukan berbakti kepada kedua orang tua daripada berbuat baik kepada istri.
Di antara hadits yang menunjukkan hal tersebut adalah
kisah tiga orang yang terjebak di dalam gua lalu mereka tidak bisa keluar
kemudian mereka bertawasul dengan amal baik mereka, di antara amal mereka, ‘ada
yang mendahulukan memberi susu untuk kedua orang tuanya, walaupun anak dan
istrinya membutuhkan’.
Hak-Hak Orang Tua Setelah Mereka Meninggal Dunia
- Mengurus jenazahnya dan banyak mendoakan keduanya, karena hal ini merupakan bakti seorang anak kepada kedua orang tuanya.
- Beristighfar (memohonkan ampun kepada Allah Ta’ala) untuk mereka berdua, karena merekalah orang yang paling utama untuk didoakan agar Allah Ta’ala mengampuni dosa-dosa mereka dan menerima amal baik mereka.
- Menunaikan janji dan wasiat kedua orang tua yang belum terpenuhi semasa hidup mereka, dan melanjutkan amal-amal baik yang pernah mereka kerjakan selama hidup mereka. Sebab, pahala akan terus mengalir kepada mereka berdua apabila amal baik tersebut dilanjutkan.
- Memuliakan teman atau sahabat dekat kedua orang tua, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda, “Sesungguhnya bakti anak yang terbaik adalah seorang anak yang menyambung tali persahabatan dengan keluarga teman ayahnya setelah ayahnya meninggal”. (HR. Muslim)
- Menyambung tali silaturrahim dengan kerabat Ibu dan Ayah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barang siapa yang ingin menyambung silaturrahim ayahnya yang ada dikuburannya, maka sambunglah tali silaturrahim dengan saudara-saudara ayahnya setelah ia meninggal”. (HR. Ibnu Hibban).
Akhlak Terhadap manusia
"Taat Kepada Pemimpin"
Riskian
Akbar
Ta’at kepada pemimpin adalah suatu kewajiban sebagaimana
disebutkan dalam Al Kitab dan As Sunnah. Karena dalam ayat Allah menjadikan
ketaatan kepada pemimpin pada urutan ketiga setelah ketaatan pada Allah dan
Rasul-Nya. Namun, untuk pemimpin di sini tidaklah datang dengan lafazh
‘ta’atilah’ karena ketaatan kepada pemimpin merupakan ikutan (taabi’) dari
ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena
itu, apabila seorang pemimpin memerintahkan untuk berbuat maksiat kepada Allah,
maka tidak ada lagi kewajiban dengar dan ta’at. Adapun jika mereka
memerintahkan kita untuk bermaksiat kepada Allah, maka kita dilarang untuk
mendengar dan mentaati mereka. Karena Rabb pemimpin kita dan Rabb kita (rakyat)
adalah satu yaitu Allah Ta’ala oleh karena itu wajib ta’at kepada-Nya. Apabila mereka memerintahkan kepada maksiat
maka tidak ada kewajiban mendengar dan ta’at.
Ibni Abil 'Izzi mengatakan, “Hukum
mentaati pemimpin adalah wajib, walaupun mereka berbuat zholim (kepada kita). Jika
kita keluar dari mentaati mereka maka akan timbul kerusakan yang lebih
besardari kezholiman yang mereka perbuat. Bahkan bersabar terhadap kezholiman
mereka dapat melebur dosa-dosa dan akan melipat gandakan pahala. Allah
Ta’ala tidak menjadikan mereka berbuat zholim selain disebabkan karena
kerusakan yang ada pada diri kita juga. Ingatlah, yang namanya balasan sesuai
dengan amal perbuatan yang dilakukan (al jaza’ min jinsil ‘amal). Oleh
karena itu, hendaklah kita bersungguh-sungguh dalam istigfar dan taubat serta berusaha mengoreksi
amalan kita.
Ibnu Qayyim Al Jauziyah rahimahullah
mengatakan, “Sesungguhnya di antara hikmah Allah Ta’ala dalam keputusan-Nya
memilih para raja, pemimpin dan pelindung umat manusia adalah sama dengan
amalan rakyatnya bahkan perbuatan rakyat seakan-akan adalah cerminan dari
pemimpin dan penguasa mereka. Jika rakyat lurus, maka akan lurus juga penguasa
mereka. Jika rakyat adil, maka akan adil pula penguasa mereka. Namun, jika
rakyat berbuat zholim, maka penguasa mereka akan ikut berbuat zholim. Jika
tampak tindak penipuan di tengah-tengah rakyat, maka demikian pula hal ini akan
terjadi pada pemimpin mereka. Jika rakyat menolak hak-hak Allah dan enggan
memenuhinya, maka para pemimpin juga enggan melaksanakan hak-hak rakyat dan
enggan menerapkannya. Jika dalam muamalah rakyat mengambil sesuatu dari
orang-orang lemah, maka pemimpin mereka akan mengambil hak yang bukan haknya
dari rakyatnya serta akan membebani mereka dengan tugas yang berat. Setiap yang
rakyat ambil dari orang-orang lemah maka akan diambil pula oleh pemimpin mereka
dari mereka denganpaksaan.
ARTIKEL AKHLAK IMAN KEPADA
HARI AKHIR
Oleh:
MUHAMMAD
NIZARUDIN
NPM:13.63.0483
Kiamat merupakan
peristiwa dasyat yang maha luar bisa di alam semesta, karena setelah peristiwa
tersebut tidak ada lagi kehidupan di muka bumi. Semua mahluk Allah dari
manusia, binatang, dan segala is bumi akan binasa. Hanya seizin Allah Zat Yang
Maha Hidup. Lalu kenapa Peristiea itu terjadi????? Semua tidak ada yang
mengetahui kecuali Aalh SWT. Namun meski Allah merahasiakan waktu datangnya
hari kiamat, Allah telah mewahyukan kepada nabi Muhammad SAW, sejumlah
peristiwa dan pertanda tertentu datangnya Hari Kiamat. Sejumlah pertanda
tertentu menunjukan datangnya hari kiamat . Sejumlah pertanda mengisyaratkan
sangat dekatnya hari kiamat itu antara lain dari peperangan dan kekacauan yang
jumlahnya semakin meningkat hingga menghancurkan kota –kota besar, dari gempa
hingga perkembangan imlu pengetahuan dan teknologi. Apa lagi tanda-tanda hari
kiamat itu?? Untuk mengetahuai Simak materi berikut ini :
A. Pengertian
Hari Akhir (Kiamat)
Beriman kepada
hari akhir merupakan rukun iman yang kelima. Iman kepada hari akhir adalah
percaya akan adanya hari akhir. Hari akhir adalah hari berakhirnya kehidupan
dunia. Umat Islam harus meyakini bahwa seluruh alam termasuk alam dunia dan
seisinya akan mengalami kehancuran. Dijelaskan bahwa pada hari itu semua benda
yang ada di langit tidak beraturan lagi, baik bintang maupun planet-planet
saling bertabrakan, gunung-gunung meletus dan hancur. Semua makhluk akan mati
kecuali Allah SWT. kejadian tersebut dapat digambarkan di dalam surah
az-Zalzalah ayat 1-2:
Artinya: Apabila
bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan
beban-beban berat (yang dikandung)nya. (QS. Az-Zalzalah: 1-2)
B. Tanda-tanda
Datangnya Hari Akhir
1.
Kemaksiatan merebak di mana-mana dan dilakukan secara terang-terangan.
Manusia sudah
tidak mempunyai rasa malu untuk melakukan perbuatan zina, mabuk, melacurkan
diri di tempat umum.
2. Manusia kembali menyembah berhala seperti
zaman dahulu.
Berhala di alam
modern tidak hanya berupa patung tapi dapat berupa pikiran sesat, ideologi
seperti komunisme dan kapitalisme, uang, makam keramat, dan semua kekuatan
dunia yang dianggap mempunyai kekuatan.
3. Manusia melupakan Allah karena sibuk
dengan urusan dunia.
Dengan
kesibukannya tersebut, manusia tidak lagi mempunyai waktu untuk beribadah.
Karena itu nama Allah sudak tidak terdengar lagi. Masjid dan Mushola kosong,
bahkan ditutup.
4.
Terjadi penyimpangan peredaran tata surya dan kacapatan rotasi dan
revolusinya.
Matahari tidak
lagi terbit dari timur tapi dari barat. Di samping itu, waktu juga berjalan
dengan sangat cepat. Siang dan malam berganti dengan cepat sehingga seminggu
akan seperti satu hari.
5. Munculnya Dajjal
6. Munculnya Isa ibnu Maryam
7. Turunnya Imam Mahdi
8. Turunnya Ya’jud Ma’jud
Tidak ada seorangpun
yang mengetahui datangnya hari kiamat kecuali Allah. Sesuai firman Allah QS.
Al-Ahzab: 63
Artinya: “manusia
bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah: "Sesungguhnya
pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah". dan tahukah
kamu (hai Muhammad), boleh Jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya.”
C. Macam-macam
Kiamat
Kiamat dikelompokkan menjadi dua
macam, yaitu:
1.
Kiamat sugra (kiamat
kecil)
Kiamat Sugra
berarti kiamat kecil. Seperti kematian, gempa bumi, gunung meletus, banjir dan
lain-lain. Kiamat sugra di sebit juga kiamat kecil, yaitu berakhirnya kehidupan
masing- masing mahluk. Setiap mahluk yang hidup akan menemui kematian.
Binatang- binatang akan mati setelah masa hidupnya selesai. Tumbuh- tumbuhan
juga akan mengalami hal yang sama, demikian juga manusia. Hal itu seperti yang
di jelaskan Alaah dalam surah Ali Imran Ayat 185,“ Tiap –tiap yang berjiwa akan
merasakan mati. Dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalahdi sempurnakan
pahalamu. Barang siapa di jatuhakan dari neraka dan di masukan ke dalam
surga, maka sesungguhnya iatelah beruntung. Kehidupan duniatidak lain hanya
kesenangan yang memberdayakan.”
Kematian adalah terpisahnya antara jasmani dan rohani. Jasmani kembali ke asala yakni tanah. Dan rohan kembali kealam kubur (alam Barzah). Alam kubur adalah alam tempat hidup umat manusia setelah mati sampai merea kembali di bangkitkan oleh Allah dan tiba waktunya hari perhitungan atas amal perbuatan mereka ketika di dunia. Ada dua kelompok manusia di Alam barzah, yaitu Kelompok yang memperoleh kenikmatan dan rida Allah SWT. Adalah kelompok orang mukmin yang saleh. Ia akan bisa menjawab semua pertanyaan yang i ajukan dengan baik tanpa ada rasa takut dan gentar. Kemudian Allah SWT, memperlihatkan kepadanya salah satu pintu surga tempat tinggalnya nanti yang penuh dengan kebahagiaan dan kenikmatan.
Kelompok yang memperoleh murka dari Allaw SWT. Adalah kelompok orang –orang yang kafir . Ia mendengar segala pertanyaan malaikat Mungkar dan malaikat Nangkir itu, tetapi ia tidak bisa menjawabnya. Kemudian AllahSWT, memperlihatkan kepadanya salah satu pintu neraka dengan berbagai macam siksaan.
Kematian adalah terpisahnya antara jasmani dan rohani. Jasmani kembali ke asala yakni tanah. Dan rohan kembali kealam kubur (alam Barzah). Alam kubur adalah alam tempat hidup umat manusia setelah mati sampai merea kembali di bangkitkan oleh Allah dan tiba waktunya hari perhitungan atas amal perbuatan mereka ketika di dunia. Ada dua kelompok manusia di Alam barzah, yaitu Kelompok yang memperoleh kenikmatan dan rida Allah SWT. Adalah kelompok orang mukmin yang saleh. Ia akan bisa menjawab semua pertanyaan yang i ajukan dengan baik tanpa ada rasa takut dan gentar. Kemudian Allah SWT, memperlihatkan kepadanya salah satu pintu surga tempat tinggalnya nanti yang penuh dengan kebahagiaan dan kenikmatan.
Kelompok yang memperoleh murka dari Allaw SWT. Adalah kelompok orang –orang yang kafir . Ia mendengar segala pertanyaan malaikat Mungkar dan malaikat Nangkir itu, tetapi ia tidak bisa menjawabnya. Kemudian AllahSWT, memperlihatkan kepadanya salah satu pintu neraka dengan berbagai macam siksaan.
2.
Kiamat kubro (kiamat besar)
Yaitu saat
kerusakan/ kehancuran seluruh alam semesta yang terjadi secara menyeluruh. Alam
dunia musnah dan berganti dengan alam yang baru yakni alam akhirat (alam yang
terakhir yang sesudah itu tidak aka nada alam lagi). Kiamat ini dialami oleh
seluruh makhluk hidup di jagat raya tanpa kecuali.
D. Peristiwa
Kiamat Kubra
Kejadian kiamat
kubra dapat digambarkan oleh Allah dan rasul-rasulnya adalah sebagai berikut:
1.
Malaikat israfil meniup sangkakala untuk yang pertama kali. Semua
makhluk akan mati.
Artinya: “Dan
ditiuplah sangkakala, Maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali
siapa yang dikehendaki Allah. kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi Maka
tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing)”. (QS. Az-Zumar:
68)
2.
Langit menjadi terpecah-pecah, matahari digulung-gulung, bintang-bintang
berjatuhan, lautan meluap, gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan
dan manusia seperti anai-anai beterbangan.
Firman Allah QS. Al-Qari’ah: 4-5
Artinya: “Pada
hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran, dan gunung-gunung
adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan.”
3.
Setelah kejadian yang dahsyat itu, semua manusia akan mati dan mengalami
proses proses kehidupan di alam akhirat sebagai berikut:
a. Alam barzah (yaumul barzah)
Alam barzah yang
dikenal dengan alam kubur yang merupakan permulaan pintu gerbang menuju akhirat
atau batas antara alam dunia dengan alam akhirat. Di alam kubur manusia akan
bertemu dan akan ditanyai oleh malaikat munkar dan nakir tentang segala amalnya
terutama iman dan shalat lima waktu. Sabda Rasulullah SAW:
عَنْ أَنَسِ بْنِ
مَالِكٍ رَضِيَ الله عَنْهُ أَنْ رَسُوْلُ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ: إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا وَضَعَ فِي قَبْرِهِ٬ وَتَوَلَّى عَنْهُ
أَصْحَابُهُ٬ وَإِنَّهُ لَيَسْمَعُ قَرْعَ نِعَالِهِم٬ْ أَتَاهُ مَلَكَانِ٬
فَيُقْعِدَانِهِ فَيَقُوْلاَنِ: مَا كُنْتَ تَقُوْلُ فِي هذَا الرَّجُلِ
(لِمُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) فَأَمَّا الْمُؤْمِنُ فَيَقُوْلُ:
أَشْهَدُ أَنَّهُ عَبْدُ الله وَرَسُولُهُ فَيُقَالُ لَهُ: أُنْظُرْ إِلَى
مَقْعَدِكَ مِنَ النَّارِ٬ قَدْ أَبْدَلَكَ الله بِهِ مَقْعَدًا مِنَ الْجَنَّةِ
فَيَرَاهُمَا جَمِيْعًا (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)
Artinya: “apabila
seseorang hamba dikebumikan di dalam kuburnya kemudian ditinggalkan oleh
kawan-kawannya niscaya dia akan mendengar bunyi hentakan tapak kaki mereka.
Selanjutnya dia akan didatangi oleh dua malaikat (Munkar dan Nakir) lalu
mendudukkannya dan bertanya: Apa pendapatmu tentang Nabi Muhammad SAW? Baginda
bersabda lagi: sekiranya dia seorang mukmin, niscaya dia akan menjawab: aku
bersaksi bahwa dia hamba Allah dan pesuruh-Nya. Lalu diberitahu kepadanya:
lihatlah tempatmu di neraka, sesungguhnya allah telah menggantikannya dengan
surga. Nabi SAW bersabda: dia dapat melihat kedua-duanya yaitu surga dan neraka.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Setelah mereka
diperiksa, bagi mereka yang beriman kepada Allah, maka baginya memperoleh
nikmat di alam kubur, sebaliknya bagi mereka yang tidak beriman kepada Allah
SWT dan berbuat kejahatan akan memperoleh siksa kubur sampai dibangkitkan
kembali dari alam kubur.
b. Yaumul Ba’ats
Yaumul ba’ats
adalah hari dibangkitnya manusia dari alam kubur menuju ke padang mahsyar
setelah ditiupkan sangkakala yang kedua oleh malaikat israfil. Semua manusia
mulai dari zaman Nabi Adam as. Sampai manusia yang terakhir bangkit dari kubur,
mereka dalam keadaan yang bermacam-macam, sesuai dengan amal perbuatannya di
dunia.
Artinya: “Pada
hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam Keadaan bermacam-macam, supaya
diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka.” (QS. Az-Zalzalah: 6)
c. Yaumul Mahsyar
Yaumul mahsyar
adalah saat dikumpulkan seluruh manusia yang dibangkitkan dari alam barzah. Di
padang mahsyar ini keadaan manusia sangat susah, tidak ada yang dapat menolong
kecuali hanya pertolongan yang datang dari Allah SWT bagi orang-orang yang
dikehendaki-Nya.
Gambaran padang
mahsyar dapat dilihat dari hadits Rasulullah SAW,
عَنْ سَهْلِ بْنِ
سَعْدٍ قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّم يَقُْولُ:
يُحْشَرُ النّاَسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى أَرْضٍ بَيْضَاءَ عَفْرَاءَ
كَقُرْصَةِ نَقِيٍّ لَيْسَ فِيْهَا مَعْلَمٌ لاٴَحَدٍ (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)
Artinya: “
Diriwayatkan dari Sahl bin Saad ra. Katanya:Rasulullah SAW bersabda: pada hari
kiamat manusia dikumpulkan di tanah putih bersih seperti roti yang lembut,
tidak ada apa-apa untuk seseorang itu berlindung.” (HR. Bukhari Muslim)
d. Yaumul mizan/ hisab
Arti kata mizan
adalah timbangan sedangkan hisab adalah perhitungan. Dua istilah ini sangat
mirip maknanya sehingga antara yaumul mizan dan yaumul hisab sama maknanya.
Dengan demikian, yaumul mizan adalah saat ditimbangnya seluruh amal baik dan
buruk manusia untuk menerima keadilan dan balasannya masing-masing. Yaumul
mizan ini disebut juga dengan yaumul hisab, maksudnya saat diperhitungkan
seluruh amal perbuatan manusia, baik amal yang baik maupun amal yang buruk.
Di padang mahsyar,
mereka akan dihitung atau ditimbang seluruh amal perbuatannya selama hidup di
dunia.
Firman Allah SWT
dalam QS. Az-zalzalah: 7-8:
Artinya:
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan
melihat (balasan)nya. dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar
dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.”
Orang yang selalu
berbuat kebaikan dan beramal baik, mereka akan mendapat timbangan yang berat
untuk amal shalihnya dan mereka akan memperoleh balasannya di surga.
Sebaliknya orang
yang selalu berbuat kejahatan akan mendapat timbangan yang berat pada amal
buruknya, dan mereka akan memperoleh balasannya di neraka.
E. Fungsi
Beriman kepada Hari Akhir
1. Menjadikan manusia rajin beribadah
2. Mendorong manusia selalu meminta ampun
kepada Allah
3. Mendorong manusia untuk berperilaku baik
4. Berusaha menghindari perbuatan dan
perilaku yang tidak baik.
5. Meyakini bahwa segala perbuatan selama
hidup di dunia ini yang baik maupun yang buruk haus dipertanggungjawabkan di
hadapan Allah SWT. kelak di akhirat.
Nama :
Junaidi
NPM :
13.63.0601
Kelas :
7B Non Reg BJM
Kalau kita
membicarakan tentang hari akhir pasti ada banyak hal yang kita pikirkan.
Manusia tidak tahu kapan pastinya hari kiamat atau hari akhir itu akan datang, hanya
Allah lah yang tahu pastinya.Dengan beriman kepada hari akhir memiliki banyak
manfaat bagi kita. Salah satunya tentu menambah keimanan kita. Lalu bagaimana pengertian
dan apa saja fungsi beriman kepada Hari Akhir
Sebelumnya kan kita sudah bahas tentang pengertian Iman Kepada Rasul Allah, selanjutnya kita akan belajar mengenai materi Iman Kepada Hari Akhir dengan poin-poin yang harus kalian pahami yaitu :
Sebelumnya kan kita sudah bahas tentang pengertian Iman Kepada Rasul Allah, selanjutnya kita akan belajar mengenai materi Iman Kepada Hari Akhir dengan poin-poin yang harus kalian pahami yaitu :
1.Pengertian
Iman Kepada Hari Akhir
2. Fungsi Iman Kepada Hari Akhir
2. Fungsi Iman Kepada Hari Akhir
A.
Pengertian Iman Kepada Hari Akhir
Pengertian
iman kepada hari akhir atau kiamat secara bahasa (etimologi) ialah percaya akan
adanya hari akhir. Sedangkan secara istilah pengertian iman kepada hari akhir
ialah percaya dan meyakini akan adanya kehidupan yang kekal (akhirat)
dan abadi
setelah kehidupan di dunia.Kita sebagai orang islam harus meyakini bahwa dunia
ini sementara dan setelah dunia ini berakhir, manusia akan dibangkitkan dari
alam kubur untuk menerima kebenaran yang sesungguhnya dan bertanggung jawab
atas segala perbuatan baik maupun buruknya sewaktu di dunia
Pemahaman
Hari Akhir
Hari akhir,
dapat dipahami dalam dua kalimat, yaitu :
- Hari akhir berarti hari yang paling akhir dalam hidup dan kehidupan makhluk di dunia ini, yang dikenal dengan hari kiamat.
- Hari akhir berarti hari kebangkitan atau hari akhirat, yaitu terjadinya kehidupan alam akhirat dengan rangkaian peristiwa di dalamnya.
Nah, kita
sudah tahu hal tersebut. Sebaiknya kita membenahi diri dan bersiap diri dengan
beralaman soleh sebanyak-banyaknya agar keimanan kita semakin bertambah kuat
dan yakin .
Kiamat Kecil
dan Kiamat Besar
Di dalam
islam, kita mengenal 2 jenis kiamat, yaitu :
1. Kiamat
Sughro (Kecil)
Kiamat
sughro merupakan kiamat kecil yang merupakan rusaknya sebagian makhluk hidup
ataupun lingkungan. Contohnya seperti kematian manusia dan bencana
2. Kimat
Kubro (Besar)
Kiamat kubro
merupakan kiamat besar yang merupakan hancurnya seluruh alam semesta dengan
segala isinya. Intinya seluruh kehidupan di dunia sudah tidak ada lagi dan
berlanjut ke kehidupan selanjutnya yaitu di alam akhirat
B. Fungsi
Iman Kepada Hari Akhir
Ada banyak
fungsi dari beriman kepada hari kiamat, yaitu :
- Menjadikan manusia bersikap hati-hati dalam hidup di dunia sehingga akan selalu taat kepada petunjuk-petunjuk agam dan membatasi diri terhadap kesenangan hidup di dunia.
- Berusaha menjadi manusia yang baik selama hidup di dunia, yakni berbakti kepada Allah swt, orang tua, dan berbuat baik terhadap sesama manusi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar